Resensi Novel "Peter"

Identitas Mahasiswa
Nama: Nanda Putri Pratama
Kelas: 2C PBSI
NPM: 2110631080097

Identitas Buku
Judul Novel: Peter
Penulis: Risa Saraswati
Penerbit: Bukune
Tahun terbit: 2016
Jumlah halaman: 176 halaman
ISBN: 978-602-220-188-5

Sinopsis
Novel Peter karya Risa Saraswati berisi kisah hidup Peter, seorang anak keturunan Belanda yang tinggal di Bandung, Indonesia. Ia memiliki ayah yang bernama Van Gils, ayahnya begitu protektif terhadapnya. Ayahnya selalu menekankan dirinya untuk menjadi anak yang kuat dan tidak manja. Padahal dia memiliki ibu Beatrice yang selalu memanjakannya. Maka dari itulah ayah dan ibunya sering bertengkar karenanya.
Saat itu usia Peter masih enam tahun, usia yang sudah cukup untuk sekolah. Peter meminta kepada orang tuanya untuk menyekolahkannya. Awalnya sang ayah tidak setuju dengan apa yang diminta anaknya itu, karena sang ayah tidak ingin anaknya bergaul dengan pribumi. Namun, lama-kelamaan hati sang ayah luluh.
Saat di sekolah, ternyata situasi tidak berjalan dengan apa yang dipikirkan Peter. Semua anak di sekolah tersebut justru memusuhi dan mengejek Peter. Hal tersebut membuat Peter tidak ingin pergi ke sekolah kembali.
Akhirnya, sang ibu bersediah menjadi guru Peter untuk sementara waktu. Sampai akhirnya datanglah Nafiah. Beliau tumbuh besar di pesantren dan merupakan anak seorang kiai. Kecerdasannya membawanya menuntut ilmu ke Leiden selama dua tahun. Karena inilah Albertus Van Gils meminta Nafiah untuk mendidik Peter. Berbeda dengan guru-gurunya sebelumnya, Peter pun menyukai cara mengajar Nafiah.
Suatu hari, Peter tak sengaja mendengar pengasuhnya yang bernama Siti dan Nafiah sedang membicarakan Nippon. Saat itu, Jepang sudah memasuki wilayah Indonesia. Terdengar kabar bahwa Jepang siap membunuh. Pada saat Nippon kembali suasana Indonesia kembali mencekam, ayah Peter yang seorang pemimpin perang harus melawan kedatangan Nippon sementara ibunya yang pada saat itu pergi ditangkap oleh Nippon. Peter yang sendiri di rumah ditemukan Nippon dan Peter akhirnya meregang nyawa karena tebasan katana Nippon.

Kelebihan
Ini merupakan pertama kalinya saya membaca novel bergenre horor. Menurut saya novel ini sangat menyentuh. Penggunaan katanya pun mudah dimengerti dan tidak merasa bosan. Di sini pengarang sangat jelas menceritakan kejadian demi kejadian yang dialami oleh Peter. Sehingga saya pun merasa ikut terbawa ke dalam suasana novel ini.

Kekurangan
Di dalam novel ini saya hanya menemukan kekurangan, bahwa ada beberapa bahasa Belanda. Namun, sayangnya tidak disertakan terjemahan bahasa Indonesianya. Sehingga pembaca tidak paham dengan kata-kata yang dimaksud.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi pemalu itu sulit

Rindu Yang Terus Menghantam

Tak Mau Mengalah